BOGOR -- Kemarin Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, mengabresiasi kabinetnya yang dinilai berjalan baik di Semester 1 APBN 2018.
Namun menteri Keuangan Sri Mulyani justru memperkirakan APBN 2018 akan menjadi defisitnya 2,12 persen dari PDB atau dalam hal ini Rp 314 triliun lebih kecil dari tadinya yang diperkirakan Rp 325 triliun.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo memang mengharapkan agar menjaga APBN 2018 defisit lebih rendah dari yang dari yang direncanakan sebelumnya 2,19 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 2,12 persen.
“Dari sisi outlook sekarang ini, kami memperkirakan APBN 2018 akan menjadi defisitnya 2,12 persen dari PDB atau dalam hal ini Rp 314 triliun lebih kecil dari tadinya yang diperkirakan Rp 325 triliun,” ungkap Sri Mulyani kepada pemberita usai Rapat Terbatas membahas realisasi dan prognosis pelaksanaan APBN 2018 di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin kemarin .
Sri Mulyani menambahkan, dalam semester I APBN 2018 menunjukkan defisit mengalami penurunan, bahkan yang disebut kesimbangan primer posisinya positif.
Ia juga menambahkan, untuk pertama kali sejak empat tahun terakhir realisasi defisit kita adalah Rp 110 triliun lebih kecil dibandingkan tahun lalu yang posisinya capai Rp 175 triliun.
" hal ini menggambarkan bahwa pemerintah terus berusaha membuat APBN menjadi sehat, kredibel, terutama dikaitkan dengan pengelolaan utang," katanya, seraya mengatakan hasil semester I ini mengkonfirmasikan sekali lagi bahwa pemerintah sangat berhati-hati dan sangat prudent di dalam menjaga APBN 2018.
Dengan kondisi ini postur APBN yang cukup baik dan tidak mengalami deviasi yang besar dari sisi jumlah penerimaan negara dan jumlah belanja negara dan defisitnya lebih kecil yang direncanakan, sehingga Presiden Jokowi menegaskan tidak akan melakukan APBN perubahan. (JNN/NAS).