Oleh RUSMANI, S.Hum
Ungkapan "Di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung". Gambar kehidupan sosial masyarakat di negeri kita terpapar jelas dalam ungkapan itu . Budaya kearifan lokal menjadi jati diri bagi kelompok masyarakatnya dan akhirnya menjadi budaya nasional.
Budaya Melayu Riau cendrung dalam menyampaikan sesuatu tidak secara langsung . Ini dapat kita lihat pada karya- karya sastranya. Untuk menyampaikan sesuatu itu selalu menggunakan ungkapan-ungkapan. Ini dipandang bahwasannya penyampaian informasi secara terus terang dianggap tidak santun. Oleh karena itu orang Melayu dalam menyatakan sesuatu selalu menggunakan ungkapan, seperti:
Mangkuk penuh pinggan berisi
Rumah siap pahat tak berbunyi
Melenggang tidak berpapas
Menyunduk tidak tertumbuk
Berarang tidak patah
Berotan tidak putus
Tidak ada rumput nan menyungkat
Tidak ada tanah nan bertingkah
Kilaunya sudah dikemas
Tak berundam di balik tanah merah
Tak ada kayat di balik mati
Pada ragam hias rumah balai adat masyarakat Melayu Dumai juga menggunakan simbol-simbol terdapat pada ragam hias yang digunakan, seperti selembayung bidai dan sayap layang-layang. Ketiganya itu berisi pesan, tunjuk ajar kepada kaumnya. Motif ukiran selembayung, bidai, dan sayap layang-layang menggunakan bentuk KelukPakis, daun-daunan dan bunga. Motif tersebut melambangkan perwujudan tahu adat dan tahu diri berlanjutnya keturunan serta serasi dalam keluarga, seperti pada ungkapan ini:
Janin berjalin akar Pakis
Lapis berlapis kelopak bunga
Susun bersusun kuntum jadi
Seluk berseluk dahan kayu
Yang berjalan kasih sayang
Yang berlapis panggilan gelar
Yang bersusun gadis pingitan
Yang berseluk sanak saudara
Dapat kita cermati lebih mendalam kata simbol dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut mengandung makna yang luas. Sehingga kita berpandangan tidak terlalu sempit dalam memaknai simbol bila kita hubungkan dengan permasalahan lainnya.
Ragam hias Melayu yang terdapat pada rumah balai adat merupakan simbol-simbol yang digunakan oleh orang Melayu. Di dalam menyampaikan ide dan gagasan yang diekspresikan sedemikian rupa sehingga ragam hias yang didalamnya terdapat ungkapan ungkapan beserta filosofi yang dipakai orang Melayu pada umumnya. Ragam hias yang dibuat tersebut tarinspirasi dari alam sekitar,bentuk-bentuk flora dan fauna maupun bentuk lain.
Selembayung
Selembayung disebut juga sulo buyung dan tanduk buang. Selembayung ini merupakan simbol rumah adat Melayu Riau yang terletak pada bagian yang paling atas. Selembayung melambangkan kehidupan yang akhirnya kembali kepada Tuhan yang maha kuasa, Tuhan seru sekalian alam. Selain itu juga mempunyai makna menjunjung martabat dan marwah orang Melayu, seperti tergambar dalam ungkapan ini:
Selembayung tajuk bertuah
Tegak di ujung perabung melayu
Menjunjung martabat bersama marwah
Adat tegak lembaga tak layu
Selembayung tangga Dewa
Tempat turun Pelangi Budi
Tegak selembayung berdiri tuah
Disitu daulat Melayu sejati
Bidai
Bidai melambangkan kelompok masyarakat yang ada, seperti ungkapan:
Bidai satu bidai selapis
Yang dipakai orang banyak
Kecilnya tidak bernama
Besarnya tidak bergelar
Kalau bidai bertingkat dua
Dua lapis lantai buangnya
Dua kaum penghuninya
Pertama orang berbangsa
Kedua orang patut -patut
Orang berasal dan berusul
Orang beradat berlembaga
Bidai tiga adalah bidai tiga tingkat, bangunan ini khusus untuk istana,Balai kerajaan, Balai
adat,atau kediaman Datuk-Datuk dan orang besar kerajan.
Sayap layang-layang
Sayap layang-layang juga merupakan kebebasan sesuai dengan namanya. Kebebasan yang tergambar dalam sayal layang-layang adalah kebebasan yang tahu batas dan tahu diri. Selembayung,bidai, dan sayap layang-layang merupakan simbol atau ikon pada rumah Balai adat Melayu.
RUSMANI, S.Hum merupakan guru aktif di SMPN 14 Dumai, aktif dalam kegiatan literasi.