JAKARTA- Demokrasi elektoral telah diterapkan Indonesia sejak Reformasi 1998. Dalam demokrasi elektoral, pemerintah dibangun berdasarkan sistem yang memungkinkan semua warganya untuk memilih satu dari sejumlah kandidat melalui pemilu yang bebas, jujur, dan adil berdasarkan konstitusi.
Dalam sistem tersebut, warga berhak untuk mengetahui calon-calon yang akan
maju dalam pemilu serta rekam jejak mereka sebagai landasan untuk memilih.
Oleh karena itu, keterbukaan informasi tentang calon-calon yang akan maju dan
sejauh mana dukungan warga dari waktu ke waktu kepada calon-calon tersebut
juga menjadi penting untuk diketahui.
Akan tetapi, calon bukan satu-satunya faktor yang menentukan pilihan warga. Dalam Pemilu 2024 mendatang, satu faktor yang diduga menjadi penentu adalah sinyal dukungan Presiden Joko Widodo kepada calon presiden yang akan berkompetisi. Dugaan tersebut berdasarkan bukti anekdotal tentang sinyal dukungan Presiden yang pernah tampak diberikan kepada Ganjar Pranowo dan
Prabowo Subianto.
Selain bukti anekdotal di media massa, Indikator Politik Indonesia dalam rilis survei
nasional Maret 2023 menunjukkan bahwa, arah dukungan Presiden pada salah
satu nama diikuti pula dengan peningkatan dukungan warga kepada nama
tersebut dalam survei.
Sebagian pihak menduga bahwa dukungan Presiden ditengarai menentukan
karena tingginya kepuasan warga kepada Presiden sehingga warga menjadikan
Presiden sebagai salah satu acuan dalam memilih. Apakah dugaan tersebut
dapat dikonfirmasi dengan data?
Untuk mengujinya, Indikator Politik Indonesia kembali mengadakan survei
nasional kepada pemilih di Indonesia. Pertanyaan utama dalam survei adalah
kepuasan pada kinerja Presiden Joko Widodo dan pilihan kepada nama-nama
bakal calon yang akan maju dalam Pilpres 2024.
Survei juga menanyakan pilihan
pada partai politik, kepercayaan pada institusi demokrasi, dan evaluasi terhadap
berbagai kondisi di tanah air.
Hasil survei dapat menjadi rujukan bagi pengambil keputusan dan warga pada
umumnya tentang peta dukungan pada calon dan partai politik jelang 2024.
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih
dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih,
atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam
survei ini jumlah sampel sebanyak 1.220 orang. Sampel berasal dari seluruh
Provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.220 responden memiliki toleransi kesalahan
(margin of error--MoE) sekitar ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang
telah dilatih.
Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20%
dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih
(spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
VALIDASI SAMPEL
Survei Nasional: 11 - 17 April 2023
7
SAMPEL
POPULASI
Laki-laki
48.9
50.0
Perempuan
51.1
50.0
Pedesaan
49.7
50.2
Perkotaan
50.3
49.8
<= 20 tahun
9.6
10.3
21-25 tahun
12.3
12.5
26-30 tahun
12.6
13.5
31-35 tahun
11.9
12.0
36-40 tahun
11.7
11.6
41-45 tahun
9.9
9.8
46-50 tahun
8.6
8.6
51-55 tahun
6.9
6.6
56-60 tahun
5.4
5.1
> 60 tahun
11.2
10.1
GENDER
DESA/KOTA
USIA
SAMPEL
POPULASI
<= SD
37.2
37.0
SLTP
18.0
18.0
SLTA
30.9
31.2
Kuliah
13.9
13.7
Islam
87.5
87.2
Protestan/Katolik
10.2
9.9
Lainnya
2.4
3.0
Jawa
40.5
40.2
Sunda
15.9
15.5
Batak
3.7
3.6
Madura
3.3
3.0
Betawi
2.9
2.9
Minang
2.8
2.7
Bugis
2.5
2.7
Melayu
2.4
2.3
Lainnya
26.1
27.1
VALIDASI SAMPEL
Survei Nasional: 11 - 17 April 2023
8
SAMPEL
POPULASI
ACEH
1.8
1.8
SUMATERA UTARA
5.1
5.1
SUMATERA BARAT
1.9
1.9
RIAU
2.0
2.0
JAMBI
1.3
1.3
SUMATERA SELATAN
3.1
3.1
BENGKULU
0.7
0.7
LAMPUNG
3.2
3.2
BANGKA BELITUNG
0.5
0.5
KEPULAUAN RIAU
0.6
0.6
DKI JAKARTA
4.1
4.1
JAWA BARAT
17.4
17.4
JAWA TENGAH
14.6
14.6
DI YOGYAKARTA
1.4
1.4
JAWA TIMUR
16.2
16.2
BANTEN
4.3
4.3
BALI
1.6
1.6
PROVINSI
SAMPEL
POPULASI
NUSA TENGGARA BARAT
1.9
1.9
NUSA TENGGARA TIMUR
1.8
1.8
KALIMANTAN BARAT
1.9
1.9
KALIMANTAN TENGAH
0.9
0.9
KALIMANTAN SELATAN
1.5
1.5
KALIMANTAN TIMUR
1.3
1.3
KALIMANTAN UTARA
0.2
0.2
SULAWESI UTARA
1.0
1.0
SULAWESI TENGAH
1.0
1.0
SULAWESI SELATAN
3.2
3.2
SULAWESI TENGGARA
0.9
0.9
GORONTALO
0.4
0.4
SULAWESI BARAT
0.5
0.5
MALUKU
0.7
0.7
MALUKU UTARA
0.4
0.4
PAPUA BARAT
0.4
0.4
PAPUA
1.9
1.9
Kepuasan atas kinerja Presiden Joko Widodo mengalami peningkatan cukup besar dalam beberapa bulan terakhir, dan saat ini tampak tingkat kepuasan atas kinerja presiden merupakan yang tertinggi.
Peningkatan kepuasan atas kinerja Presiden tampak konsisten dengan evaluasi terhadap kondisi umum yang menunjukkan pergerakan yang semakin positif, terutama kondisi ekonomi yang saat ini lebih banyak yang menilai positif ketimbang negatif.
Secara umum, kepuasan atas kinerja presiden lebih berasosiasi positif dengan tingkat dukungan terhadap Ganjar Pranowo. Tapi dalam dua bulan terakhir, dinamika terhadap kepuasan presiden lebih berasosiasi dengan dukungan terhadap Prabowo Subianto.
Prabowo Subianto konsisten mengalami peningkatan dukungan dalam
dua bulan terakhir, sementara terhadap Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan cenderung menurun.
Prabowo saat ini hampir dua kali lebih kuat pada basis Jokowi-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019, dan mengambil alih dominasi Anies pada basis Prabowo-Sandi.
Sementara terhadap dukungan partai, tampak kepuasan atas kinerja Presiden cenderung menekan dukungan partai-partai oposisi, Demokrat dan PKS.
Tapi tidak lantas berdampak positif terhadap partai-partai pendukung pemerintah, bahkan meski termasuk sebagai partai pendukung pemerintah, tingkat kepuasan atas kinerja presiden memiliki asosiasi yang negatif dengan dukungan PKB dan PPP.
Jakarta, 01 Mei 2023
KEPALA PUSAT PENERANGAN HUKUM.