Ticker

6/recent/ticker-posts

Artikel: Meneroka Guru Menulis


Oleh: Jumaiyah.S.Pd 
    
       Menurut Mc. Crimmon menulis  merupakan aktivitas menggali pikiran dan perasaan tentang sebuah subjek, menentukan perihal yang akan ditulis serta menetapkan teknik penulisannya sehingga orang yang membaca tulisan tersebut dapat memahaminya dengan mudah. Sedangkan menurut, M Atar semi menulis merupakan salah satu proses kreatif yang dilakukan dengan jalan memindahkan berbagai macam gagasan atau ide kedalam bentuk lambang lambang huruf yang berarti. 
       Kemampuan menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan tak semudah yang dikira. Perlunya bimbingan dan latihan untuk bisa menghasilkan sebuah tulisan yang mudah dipahami oleh orang lain. Ikatan Guru Indonesia (IGI) merupakan salah satu organisasi guru yang mulai mendongkrak kemampuan guru-guru dalam menulis melalui workshop ke berbagai daerah di  Indonesia. Guru sebagai ujung tombak pendidikan  yang mengerakkan literasi sekolah harus mampu menghasilkan tulisan baik berupa fiksi maupun non fiksi. 
      Sagusaku atau satu guru satu buku merupakan salah satu  kegiatan yang dicanangkan Ikatan Guru Indonesia (IGI). Kegiatan ini telah sukses dilaksanakan di berbagai provinsi di Indonesia. Banyak kanal pelatihan yang dimiliki oleh IGI dalam peningkatan kompetensi guru. Namun Sagusaku ini adalah salah satu kanal yang paling semarak dilaksanakan di setiap daerah. Dumai salah satu kota yang melaksanakan kegiatan ini pada akhir Desember  2018 kemarin. 
     Pelaksanaan workshop sagusaku ini dilakukan secara mandiri dan swadana. Setiap peserta yang ikut adalah peserta yang mempunyai kemauan dan  keinginan  untuk bisa menghasilkan karya sendiri. Begitu besarnya antusias para guru untuk mengikutinya walau dilaksanakan pada hari libur  dan  berbayar.  Peserta yang mengikuti workshop sagusaku bertingkat, mulai dari siswa kelas empat SD, guru TK, guru SD, guru SMP , dan guru  SMA. 
     Dalam worshop Sagusaku guru-guru dibimbing  untuk menulis,  mulai dari menulis artikel, buku fiksi non fiksi serta buku materi pelajaran sesuai dengan bidang yang diampu guru. Setelah selesai tatap muka guru- guru akan dibimbing oleh narasumber  dalam jaringan.Pembimbingan dilaksanakan   selama tiga bulan  sampai buku  siap cetak dan diarahkan sampai  ke penerbit untuk di cetak  ber-ISBN. Buku yang akan masuk ke penerbit terlebih dahulu di koreksi sama pembimbing sampai layak terbit. 
       Setelah IGI  membuka tabir dengan  kegiatan workshop sagusaku, ternyata banyak guru- guru kita yang mempunyai potensi dalam menulis. Dalam tiga bulan  proses pembimbingan 30 % peserta sudah menghasilkan buku dan sudah berada di penerbit. 10 % peserta mampu menulis artikel dan sudah publikasi di media massa cetak maupun  online. Sekitar 20 %  lagi peserta masih dalam proses penyelesaian. Penulis dapat menyimpulkan bahwa guru-guru sangat mempunyai potensi untuk mengembangkan bakat menulis yang selama ini terpendam dan tidak tahu cara menyalurkannya. 
       Kegiatan sagusaku ini sejalan dengan wacana pemerintah dalam Gerakan Literasi Sekolah(GLS). Guru yang aktif menulis akan menularkan kepada   rekan sejawatnya  dan terlebih  lagi pada siswa-siswi di sekolah masing-masing.  Selain itu guru   PNS yang menghasilkan karya berupa buku juga akan  dapat membantu untuk menambah poin angka kredit guru. Bagi guru non-PNS juga akan mampu bersaing, bertanding,  dan bersanding dengan guru PNS. Semua orang bisa berkarya dan tidak ada batasan status dan jabatan untuk menghasilkan karya berupa tulisan. 
      Oleh karena itu untuk guru-guru di Dumai mari kita budayakan membaca dan menulis. Gunakanlah kecanggihan teknologi  yang selalu di genggaman kita untuk menghasilkan karya berupa tulisan yang bisa  manambah wawasan kita dan pembaca. Kita harus bisa melek teknologi dan mengikuti perkembangan teknologi dan jangan kaku terhadap aturan yang ada. Imam Al Ghazali menyatakan "Kalau kamu  bukan anak raja dan engkau  bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.

Oleh: Jumaiyah.S.Pd merupakan guru SMPN 14 Dumai.