Ticker

6/recent/ticker-posts

Nilai Kepemimpinan Bak Keluarga Soekarno

 

Oleh: Jumaiyah, S.Pd.

Setiap orang akan menjadi pemimpin, baik pemimpin untuk dirinya sendiri maupun pemimpin bagi keluarga, organisasi , dan lembaga. Pemimpin itu sangat dibutuhkan mulai dari lingkungan terkecil hingga ke lingkungan terbesar seperti negara. Tapi apakah pemimpin itu dilahirkan atau di bentuk? Sekelumit pertanyaan ini menjadi perdebatan umum dari berbagai kalangan . 
Bila kita lihat sekarang ini banyak bermunculan para pemimpin yang serba instan. Munculnya mereka menjadi pemimpin karena banyaknya peluang dan kesempatan dalam keorganisasian. Pada kenyataannya mereka tak mampu mengemban tugas sebagai pemimpin. Pemimpin itu tidak dapat muncul begitu saja tapi, harus melaui proses yang panjang mulai keluarga , sekolah, dan lingkungan masyarakat. 
Keluarga sebagai faktor penentu utama seeorang untuk masa depannya. Pola asuh anak sejak dini akan tertanam dalam pikiran anak sampai dewasa dan tua. Ini semua bisa kita lihat dari kisah pahlawan kita Bapak Soekarno. Kepemimpinan beliau tidak terbentuk begitu saja tapi, sudah tertanam sejak dalam pengasuhan keluarga bersama Ibu Sarinah yang mengasuh beliau hingga dewasa. Semua pengajaran dan didikan selama dalam pengasuhan Bu Sarianah tertanam sangat dalam di sanubari Pak Soekarno.
Kemimpinan Soekarno yang pertama adalah Penanaman budi pekerti dan nilai-nilai kemanusian.  Sebagai orang timur orang tua sebaiknya menerapkan pola asuh ketimuran bukan mengikuti pola asuh kebarat-baratan. Sekarang ini generasi muda kita berada dalam ambang degradasi karakter dan moralitas  atau kemerosotan nilai-nilai moral dan karakter generasi muda. Semua ini disebabkan anak yang terkontaminasi dengan paparan internet yang dengan gamblang mereka lihat, tanpa adanya filter dan arahan dari orang tua. 
    Bangsa kita telah kehilangan kearifan lokal yang menjadi karakter budaya bangsa sejak berabad-abad lalu. Contohnya,  maraknya tawuran antar pelajar, antar mahasiswa, dan antar kampung. Tindak prilaku korupsi merajalela di semua lini kehidupan pemimpin di setiap instansi. Kebohongan publik sudah menjadi makanan sehari-hari. Maka dari itu keluarga tonggak pertama pembentukan kembali karakter dan moral generasi muda kita, kemudian ke tahap sekolah dan masyarakat.   
     Di keluarga pengasuhan bisa dimulai dengan pengenalan  budaya dan adat istiadat negara kita yang kaya dengan tuntunan hidup dalam keluarga maupun bermasyarakat. Dalam pengasuhan keluarga yang pertama di tuntun kepada anak adalah penanaman  budi pekerti dan nilai-nilai kemanusian. Semua ini akan berhubungan dengan jati diri seorang anak ke depannya, apalagi sampai anak itu menjadi pemimpin sebuah organisasi atau lembaga. 
Budi pekerti dan nilai-nilai kemanusian merupakan bagian dari pendidikan karakter. Menurut Marzuki(2011:5) dalam manajemen pendidikan karakter menyatakan bahwa karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal meliputi seluruh aktivitas manusia, baik berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesame manusia, maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran,sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, dudaya, dan adat istiadat. 
Dalam proses pembentukan dan perkembangannya di pengaruhi oleh dua factor yaitu factor bawaan dan factor lingkungan. Secara psikologis prilaku berkrakter merupakan perwujudan dari potensi Intelligence Quetient(IQ), Emotional Quetient(EQ), spiritual Quetient(SQ), dan Adverse Qutient(AQ) yang dimiliki seseorang. Semua aspek itu bisa diwujudkan dengan pola asuh dalam keluarga yang seimbang. Factor bawaan yang dimiliki anak diasah dan arahkan sehingga mendapatkan hasil lebih baik dalam prilakunya. 
Pola asuh Soekarno yang kedua adalah hidup kesederhanaan. Sekarang ini prilaku manusia lebih banyak konsumtif dan mubazir. Prilaku ini berlaku bagi semua kalangan mulai dari orang tua sampai anak-anak, mulai orang desa sampai orang perkotaan. Prilaku hidup sederhana sudah mulai terkikis di masyarakat Indonesia. Semua ini juga pengaruh kecanggihan teknologi dan paparan internet. Masyarakat dijejali berbagai macam produk melalui media televisi dan internet sehingga memancing masyarakat untuk menjadi konsumtif. Membeli kadang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan. 
    Cara yang bisa diterapkan untuk mengajarkan anak hidup sederhana adalah: 1.Berhemat dan menabung,2. Menggunakan benda atau alat-alat secara bijaksana, 3.Membedakan keinginan dan kebutuhan,4. Sesuaikan keinginan dan kebutuhan. Hidup sederhana memang bersifat relatife bagi setiap orang. Setiap keluarga memiliki cara dan gaya tersendiri, namun mendidik anak hidup sederhana sangat lah penting untuk menanamkan sikap dan prilaku yang tidak berlebiha dalam kehidupan,tidak boros, dan mubazir, serta bersikap apaadanya.
Pola asuh keluarga Soekarno yang ketiga adalah cinta kasih terhadap sesama. Pola pengasuhan Sarinah terhadap Soekarno yang tertanam dalam hatinya sampai tua adalah pertama mencintai ibunya, mencintai rakyat jelata, dan mencintai sesama manusia. Prinsip ajaran-ajaran tersebut yang membuat Soekarno sangat dekat dengan rakyat. Ini suatu contoh pola asuh yang patut  kita tiru  dalam pengasuhan terhadap anak kita zaman sekarang. Karena bila kita lihat prilaku  pemimpin kita yang secara terang-terangan dan diumbar secara bebas di media elektronik yang bersifat arogan dan tidak memihak kepada masyarakat. Sangat berbanding terbalik dengan para pahlawan kita terdahulu yang sangat mencintai rakyatnya.
Melihat fenomena yang ada saat ini, keluarga harus menyiapkan generasi mendatang dengan pola asuh cinta kasih terhadap sesama. Keluarga mulai mengantarkan cerita kepada anak bagaimana mencintai ayah ibunya, mencintai saudara-saudara, mencintai pengasuh dan mencintai sesama di lingkungan sekitarnya. Beberapa cara menumbuhkan rasa kasih sayang dalam diri anak adalah:1. Mengajarkan anak untuk peduli terhadap sesama,  2. Berprilaku santun dan lembut kepada anak, 3. Mengajarkan anak untuk mencintai alam.4. Membekali anak dengan ilmu agama, 5. Memberikan perhatian kecil pada anak, 6. Mengajak anak jalan-jalan ke tempat yang tak biasa.

JUMAIYAH.S.Pd Guru Bahasa  Indonesia di SMP Negeri 14 Dumai